Kamis, 09 Juli 2009

Bakul "Ethek"

Sayur..sayur..begitulah kira-kira celotehan penjual sayur yang hampir tiap pagi saya denger ketika saya lagi nyapu lantai teras, kalo di jawa timur-an penjual sayur gitu diberi gelar “bakul ethek” hehe, yang dulu didominasi kaum hawa sih..tapi sekarang penjual yang cowo juga banyak, malah rumpian dan cengkrama-nya gak kalah sama yang cewe lho hihi, bagaimana cara dia menawarkan, menangkis tawaran harga dari para ibu-ibu yang kadang keterlaluan dan caranya berteriak menawarkan sayur tu khas banget. Mungkin bagi sebagian orang profesi kaya gini tu memalukan ya, gengsi coy..tapi ketika saya sempat ngobrol dengan bakul ethek yang hampir tiap hari nongkrong di depan rumah tu..dia adalah sarjana dari sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya yang lumayan terkenal, sebut saja nama penjual sayur Michael (yang jelas ini nama samaran..hahaha), dia sedikit bercerita..hampir sekitar 5 tahun menjadi pengangguran setelah lulus dari “neraka” kampus hehe, pertama menekuni profesi bakul ethek itu pun dia juga gengsi, butuh waktu yang lama buat menepis itu. Tapi sekarang sudah tiada lagi gengsi di benak dia, karena rata-rata penghasilan dia adalah 50 ribu bersih..lumayan kan?ya mungkin jumlah ini gak ada apa-apa-nya buat kalian yang sukanya menghabiskan uang, beli-beli-konsum-sampe mati haha, oya jangan lupa..dia yang saya maksud tadi tu Michael lho hihi. Sekarangpun dia sudah punya motor sendiri, keren kan?jangan dilihat dari profesi-nya..lihat bagaimana dia bisa mengembangkan self employment-nya, kemandiriannya menjadi sebuah etos kerja baru yang mungkin malah jarang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha-muda yang bisanya menerima warisan dari orang tua-nya haha..karena orang-orang seperti itu hanya berorientasi pada “hasil” bukan “proses” hehe!. Profesi ini lebih keren dari PNS yang hanya “buruh” dari pemerintah hehe, harusnya memang etos yang seperti ini dilestarikan, jadi sedikit demi sedikit kemiskinan bisa dikurang, yah..karena Indonesia adalah salah satu Negara yang mengalami 2 kemiskina sekaligus, kemiskinan kultural dan structural, terlalu sudah ditubah..jadi mari bersama bakul ethek kita sedikit sadar dan berubah. Ini saya kasih sedikit ringtone dan soundtrack bakul ethek yang biasa jualan di depan rumah saya “sawi sakunting piro?”, “trasi loro yo le?”, “lombok sewu ae yo le?” (diamput tuku lombok sewu ki digae ngrawu cangkeme bojone po piye?) hahahaha..

Rabu, 08 Juli 2009

"puncak" di Blitarku!!


Banyak orang berduyun-duyun ke puncak untuk refreshing, katanya karena udarannya seger dan dingin (cocok buat anget-anget-an hihi..). Padahal yang pemandangannya bagus dan udaranya seger tu bukan Cuma puncak lho, ya mungkin gara-gara eksploitasi media yang lebai menjadikannya terkenal, di Blitar yang jauh dari keramaian dan tidak dilengkapi mol juga ada lho tempat yang hampir mirip puncak..hehe influencenya puncak deh!. Tepatnya di perkebunan the ‘sirah kencong”, aneh kan namanya bagi kalian, bagi saya juga hehe, letaknya lumayan jauh dari pusat perkotaan, beberapa bulan yang lalu saya mampir kesana bersama teman-teman saya, naek motor..jalan yang ditempuh menuju lokasi kebun tehnya juga tidak seperti di puncak yang jalan-nya sudah di hotmix, kalo di sirah kencong boro-boro diaspal, jalan masih macadam dan batunya pun segede orang-orang yang sombong hihi. Salah satu bentuk ketidakpedulian pemerintah akan asset wisata yang terpencil, huhu..perjalanan yang harus ditempuh di jalan yang berbatu ini hampir sejam, meski halangan dan rintangan berat, itu gak begitu kerasa karena pemandangannya aduhai bagusnya, samping jurang dan hutan yang masihperawan, bebas dari penebangan liar dan mesum hahaha, sesekali ada burung elang yang melintas di samping jurang yang seakan mengingatkan bahwa jalan super jelek, kasian deh loe sambil nyengir deh si elang hehe. Tinggal 1 km perjalanan jalan mulai bagus, di samping jalan dihiasi tanaman-tanaman segar yang pemotongannya terawatt sekali, jadi menambah kesan seger..udarapun semakin dingin dan kampung warga juga sudah mulai ada, kita pun melewati hutan pinus yang sedikit menyeramkan buat saya..ntar ada mak lampir ngesot gimana?hehe. Akhirnya sampe juga di tempat tujuan, motor diparkir dan mulai berkeliling, berfoto ria dan merasakan udara segar khas perkebunan the, wangi dan bersih, ya saya emang belum pernah juga ke puncak, tapi mungkin juga kondisinya gak jauh beda dengan disini, malah lebih bersih mungkin, kalo di puncak kan udah banyak mobil yang tentunya juga polusinya tambah kan bro?banyak vila buat anget-anget juga hihi, kalo disini gak ada vila, adanya gazebo-gazebo kecil gitu..jadi mau dapat anget darimana?:. Oya perkebunan the ini adalah lereng dari gunung kawi yang bosan meletus alias sudah tidak aktiv lagi, jadi jalan ke puncak kebun the maka kita akan bisa melihat dengan jelas kegagahan gunung kawi yang legendaries dengan sebutan “gunung putri tidur” yang konon bentuknya mirip wanita yang sedang tidur, saya gak bisa bayangin kalo wanita ini berdiri, pasti jadi gunung yang tertinggi di dunia ya?haha. Karena hari sudah sore dan cuaca juga sedang mendung, kita pun bergegas pulang, membersihkan bekas makanan dan minuman yang kita bawa ke atas puncak the, turun sambil teriak-teriak deh..hahaha!. kapan-kapan mampirlah ke blitar, nanti saya ajak ke “puncak” hehehe..